Welcome :)

Berani menggempur untuk kebenaran dan perubahan

Selasa, 20 Juli 2010

Mahalnya Nilai Sebuah Impian

Karier seorang penulis umumnya diawali dari sebuah impian, sebuah fantasi,
sebuah tujuan yang terlihat jauh di balik cakrawala. "Saya ingin jadi
penulis novel." "Saya ingin menerbitkan buku puisi." "Saya ingin nama saya
terpampang di layar sebagai penulis cerita film."

Karier saya juga diawali dengan sebuah impian. Saya ingin membuat orang
tertawa. Saya ingin menulis cerita komedi.

Tetapi setiap penulis juga harus menyadari, bahwa ada harga yang harus
dibayar untuk setiap tujuan yang hendak dicapai. Tiket masuk ke dalam
sebuah impian tidak ada yang gratis. Ada riset yang harus dilakukan, harus
belajar, berlatih, berlatih, dan berlatih. Yang paling murah dan biasanya
paling cepat, jalan untuk mencapai semua keinginan itu adalah dengan
membayar harganya secara penuh. Lakukan semua pekerjaan dengan
sungguh-sungguh!

Saat saya memutuskan untuk menjadi seorang penulis komedi, saya ingin
belajar dari seorang yang profesional.
Bob Hope, saya pikir, memiliki
bahan-bahan yang berguna dan paling bisa dipelajari untuk tujuan analisis.
Bahan-bahan komedinya yang lucu ada di koran dan murni
humor.

Tentu saja, Bob Hope adalah seorang pakar dalam membawakan lawakan yang
dibawakan secara langsung, tetapi tetap saja ada humor yang bisa dibaca
dan dipelajari. Komik yang lain, seperti Jerry lewis juga lucu, tetapi
lebih kepada kejenakaan untuk menciptakan suasana yang meriah. Di buku,
bahan-bahan itu kurang begitu bermanfaat bagi para pelajar, dibandingkan
seperti pada buku-buku komedi Bob Hope.

Jadi saya mempelajari komedi Bob Hope. Saya merekam monolog-nya di acara
televisi dan menyalin kata-katanya. Saya harus menganalisis bentuk-bentuk
lawakan, susunan kata, ritme, pengaturan lelucon di dalam aliran, dan
lain-lain. Kemudian, untuk sementara waktu saya mengesampingkan
monolognya.

Dalam beberapa minggu, saya telah memilih topik baru dari koran dan
mencoba menulis sebuah humor dengan mempergunakan teknik yang saya
pelajari dari monolog Bob Hope yang terbaru. Dengan mempergunakan teknik
ini, Bob Hope dan para penulisnya menjadi mentor saya.

Dan ternyata cara itu membuahkan hasil. Saya berhasil menjadi penulis
komik di koran lokal, kemudian melanjutkan jenjang karier menjadi sorang
staf di pertunjukan selingan di televisi.

Bahkan akhirnya menjadi lebih berhasil lagi. Bob Hope menghubungi saya.

"Saya sudah mendengar mengenai tulisan anda dan berpikir jika anda mau
membuatkan beberapa alur cerita untuk saya tampil di
Academy Awards. Tahun
ini saya menjadi pembawa acaranya. Saya ingin tahu apakah humor buatan
anda bisa membantu saya."

Ini adalah bagian dari mimpi yang tidak berani saya bayangkan sebelumnya.
Tetapi di sini tidak ada sesuatu yang mustahil. Saya membuka buku dan
memegang pulpen di halaman belakang rumah, menulis beberapa ratus lelucon
mengenai kondisi saat ini tentang bioskop, selebritis, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan piala Oscar. Secara alami, saya menggunakan metoda
yang saya pelajari bertahun-tahun dari gaya lawakan Bob Hope.

Bob Hope mempergunakan sepuluh humor yang saya berikan pada casting
televisi dan itu membuat saya sangat bangga. Hari berikutnya dia memanggil
saya lagi dan berkata, "Saya suka tulisan-tulisan anda. Kelihatannya anda
telah menulis bahan komedi untuk saya sepanjang hidup saya."

"Benar Pak Hope," kata saya. "Hanya bapak tidak mengetahuinya."

Selanjutnya saya menjadi penulis tetap untuk Bob Hope.

* * * * *

Ada dua pelajaran yang berharga dari pengalaman ini, bahwa semua penulis
dapat belajar dan memperoleh inspirasi dari :

Pertama yaitu usaha yang harus dilakukan, supaya setiap impian dapat
terwujud. Impian adalah sumber kekuatan, hanya jika impian itu diwujudkan
dalam penelitian, pembelajaran dan usaha yang tidak kenal menyerah.

Hal yang kedua adalah: lakukan segala hal yang harus dikerjakan - dan
tujuan anda akan bisa diraih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar